DUNIA MIMPI
Selasa, 04 Desember 2012
CARA MENATA RAMBUT
Hair Bow Tutorial Hairstyle Half-Updo for Medium Long Hair
Cocoon Curls | Easy No-Heat Curl Hairstyles
Selasa, 27 November 2012
Minggu, 18 November 2012
MEJA KAYU
Suatu
ketika, seorang kakek yang sudah sangat tua harus tinggal bersama
dirumah anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan cucunya yang
berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini sudah begitu rapuh, dan sering
bergerak tak menentu. Penglihatannyapun sudah sangat buram, dan
berjalannyapun sudah tertatih-tatih. Keluarga ini biasa makan bersama di
ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan
segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya
susah untuk menyantap makanan.
Suatu ketika, seorang kakek yang sudah sangat tua harus tinggal bersama dirumah anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan cucunya yang berusia
6 tahun. Tangan orangtua ini sudah begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannyapun sudah sangat buram, dan berjalannyapun sudah tertatih-tatih. Keluarga ini biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si orangtua ini meraih gelas, segera saja air yang ada didalamnya tumpah membasahi taplak meja makan.
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang Istri. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk orang tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan.
Karena sering memecahkan piring, anak dan menantunya juga sepakat untuk memberikan mangkuk kayu untuk si Kakek tua ini. Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, mereka sering mendengar isak tangis sang kakek dari sudut ruangan. Terlihat juga airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput mata si kakek tua itu. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak menyentuh hati anak dan manantunya, malah selalu saja, kata yang keluar dari anak dan menantunya ini adalah omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Cucu si kakek tua yang baru berusia 6 tahun ini sering dibuat tertegun memandangi semua perlakuan orangtuanya. Sampai pada suatu malam, ayah sianak ini tanpa sengaja melihat anaknya yang sedang bermain dengan peralatan kayu.
Dengan lembut ditanyalah anak itu. " Sayang Kamu sedang membuat apa …?".
Lalu dengan lugunya anak ini menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu untuk makan ayah dan ibu nanti kelak kalo aku sudah besar.
Meja itu nanti akan kuletakkan di sudut sana, dekat tempat kakek biasa makan." Sambil tersenyum anak itu segera melanjutkan permainannya. Sungguh jawaban anak ini telah membuat kedua orangtuanya sangat terpukul. Suara mereka tiba-tiba berubah menjadi parau; Mulut mereka terkunci rapat; dan tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, perlahan-lahan airmatapun mulai menitik membasahi kedua pipi suami istri ini. Walau tak ada kata-kata yang terucap, tapi mereka kini benar-benar telah menyadari, ada sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan pada orang tua mereka. Maka pada malam itu juga, mereka menuntun tangan orangtunya untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama dengan bahagia.
Para orang tua yang berbahagia dimanapun anda berada, anak-anak kita adalah cermin dari prilaku kita sehari-hari. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah pembelajar yang luar biasa.
Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Begitu pula sebaliknya; jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan buruk hal itupulalah yang akan dia lakukan kelak saat dewasa. Mari, kita selalu mengevaluasi setiap kebiasaan dan prilaku kita sebagai tabungan berharga yang kita simpan dalam diri anak-anak kita, sebagai bekal kelak pada saat mereka dewasa.
Suatu ketika, seorang kakek yang sudah sangat tua harus tinggal bersama dirumah anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan cucunya yang berusia
6 tahun. Tangan orangtua ini sudah begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannyapun sudah sangat buram, dan berjalannyapun sudah tertatih-tatih. Keluarga ini biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang kakek yang sudah pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh. Saat si orangtua ini meraih gelas, segera saja air yang ada didalamnya tumpah membasahi taplak meja makan.
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu, " ujar sang Istri. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk orang tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun sepakat untuk membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan.
Karena sering memecahkan piring, anak dan menantunya juga sepakat untuk memberikan mangkuk kayu untuk si Kakek tua ini. Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, mereka sering mendengar isak tangis sang kakek dari sudut ruangan. Terlihat juga airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput mata si kakek tua itu. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak menyentuh hati anak dan manantunya, malah selalu saja, kata yang keluar dari anak dan menantunya ini adalah omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Cucu si kakek tua yang baru berusia 6 tahun ini sering dibuat tertegun memandangi semua perlakuan orangtuanya. Sampai pada suatu malam, ayah sianak ini tanpa sengaja melihat anaknya yang sedang bermain dengan peralatan kayu.
Dengan lembut ditanyalah anak itu. " Sayang Kamu sedang membuat apa …?".
Lalu dengan lugunya anak ini menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu untuk makan ayah dan ibu nanti kelak kalo aku sudah besar.
Meja itu nanti akan kuletakkan di sudut sana, dekat tempat kakek biasa makan." Sambil tersenyum anak itu segera melanjutkan permainannya. Sungguh jawaban anak ini telah membuat kedua orangtuanya sangat terpukul. Suara mereka tiba-tiba berubah menjadi parau; Mulut mereka terkunci rapat; dan tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, perlahan-lahan airmatapun mulai menitik membasahi kedua pipi suami istri ini. Walau tak ada kata-kata yang terucap, tapi mereka kini benar-benar telah menyadari, ada sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan pada orang tua mereka. Maka pada malam itu juga, mereka menuntun tangan orangtunya untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama dengan bahagia.
Para orang tua yang berbahagia dimanapun anda berada, anak-anak kita adalah cermin dari prilaku kita sehari-hari. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah pembelajar yang luar biasa.
Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Begitu pula sebaliknya; jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan buruk hal itupulalah yang akan dia lakukan kelak saat dewasa. Mari, kita selalu mengevaluasi setiap kebiasaan dan prilaku kita sebagai tabungan berharga yang kita simpan dalam diri anak-anak kita, sebagai bekal kelak pada saat mereka dewasa.
AYAH :)
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang kuliah di luar kota jauh dari orang tua, yang sedang bekerja di perantauan,….
Akan sering merasa kangen [sekali] dengan Bundanya.. Lalu bagaimana dengan Ayah ??
Mungkin karena Bunda lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap harinya, tapi tahukah kamu jika Ayah-lah yang mengingatkan Bunda untuk menelponmu ?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Bunda yang lebih sering mengajak cerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan raut muka lelah Ayah selalu menanyakan pada Bunda tentang kabarmu dan apa yang kamu lakukan seharian ??
Pada saat kamu menangis merengek minta boneka atau mainan baru, Bunda menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, nanti beli, tapi tidak sekarang. ”
Tahukah kamu, Ayah melakukan itu karenan tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi ?
Saat kamu sakit, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : ” Sudah dibilang ! Kamu jangan hujan2an ! Minum es !”.

Walau tidak selembut kasih seorang ibu, kasih seorang ayah begitu mendalam dihati
Berbeda dengan Bunda yang memerhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.. Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan : “Tidak boleh !”.
Tahukah kamu, bahwa Ayah ingin menjagamu ? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat luar biasa berharga..Setelah itu, kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetuk pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Bunda…
Tahukah kamu, bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu ??
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang tampang paling cool sedunia… D
Dan sesekali menguping atau mengintip saat sedang kamu sedang mengobrol.. Sadarkah kamu, kalu hati Ayah sedang cemburu ??
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu memaksa untuk melanggar jam malamnya… Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir..
Setelah lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan mas depanmu nanti…
Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Ayah.. )
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.. Dah harus kuliah di kota lain.. Dan harus melepasmu di terminal stasiun atau bandara… Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu ?
Dan Ayah hanya bisa tersenyum sambil memberi nasehat ini itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Bunda dan memelukmu erat..
Yang Ayah lakukan hanya memeluk pundakmu atau memegang kepalamu, berkata ” Jaga dirimu baik-baik ya. ”
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT… kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.. *amiiiinn…..
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah.. Ayah juga berusaha keras mencari jalan agar anaknya merasa SAMA dengan teman-teman lainnya.
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana..
Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya..
Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Ayah tahu…..
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti!!
Dan akhirnya….
Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia….
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Ayah menangis karena Ayah sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa….
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….
Ayah telah menyelesaikan tugasnya….
Ayah, Papa, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal…
Membeli Kasih Sayang Papa
Tomi, Pimpinan sebuah perusahaan di Jkt, tiba di rumahnya jam 9 malam.
Tak seperti biasanya anaknya, dinda, umur 9 th membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, blum tidur?" sapa tomi
"Aku nunggu Papa pulang, sebab aku mau tanya, Berapa sih gaji Papa?"
"Kamuhitung ya.. Tiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam & dibayar400.000, tiap bulan rata-rata 22 hari kerja, kadang Sabtu masih lembur.Berapa gaji Papa hayo?"
"Kalo 1 hari Papa dibayar 400.000 u/ 10 jam, berarti 1 jam Papa digaji 40.000 dong" kata Dinda
"Wah, pinter kamu. Sekarang cuci kaki, terus tidur ya.."
"Papa, aku boleh pinjam 5.000 gak?"
"Sudah, gak usah macama-macam.. Buat apa minta uang malam-malam gini? Tidurlah.."
"Tapi Papa…"
"Papa bilang tidur!"
Dinda pun lari menuju kamarnya sedih.
Usai mandi, Tomi menyesali kekesalannya, menengok dinda di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang 15.000
Sambil mengelus kepala dinda, tomi berkata,
"Maafin Papa ya.. Papa sayang sama dinda.. Tapi buat apa sih minta uang sekarang?
"Papa, aku gak minta uang. Aku hanya pinjam, nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini."
"lya, iya, tapi buat apa?"
"Akununggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja.Mama sering bilang waktu Papa itu amat berharga. Jadi, aku mau gantiwaktu Papa. Aku buka tabunganku hanya ada 15.000... Karna Papa 1 jamdibayar 40.000, maka setengah jam aku harus ganti 20.000.. Duittabunganku kurang 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata dindapolos
Tomi pun terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yg dia berikan selama ini, tak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
PESAN MORAL
"Bagi dunia kau hanya seseorang,
tapi bagi seseorang kau adalah DUNIA-nya"
Tak seperti biasanya anaknya, dinda, umur 9 th membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, blum tidur?" sapa tomi
"Aku nunggu Papa pulang, sebab aku mau tanya, Berapa sih gaji Papa?"
"Kamuhitung ya.. Tiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam & dibayar400.000, tiap bulan rata-rata 22 hari kerja, kadang Sabtu masih lembur.Berapa gaji Papa hayo?"
"Kalo 1 hari Papa dibayar 400.000 u/ 10 jam, berarti 1 jam Papa digaji 40.000 dong" kata Dinda
"Wah, pinter kamu. Sekarang cuci kaki, terus tidur ya.."
"Papa, aku boleh pinjam 5.000 gak?"
"Sudah, gak usah macama-macam.. Buat apa minta uang malam-malam gini? Tidurlah.."
"Tapi Papa…"
"Papa bilang tidur!"
Dinda pun lari menuju kamarnya sedih.
Usai mandi, Tomi menyesali kekesalannya, menengok dinda di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang 15.000
Sambil mengelus kepala dinda, tomi berkata,
"Maafin Papa ya.. Papa sayang sama dinda.. Tapi buat apa sih minta uang sekarang?
"Papa, aku gak minta uang. Aku hanya pinjam, nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini."
"lya, iya, tapi buat apa?"
"Akununggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja.Mama sering bilang waktu Papa itu amat berharga. Jadi, aku mau gantiwaktu Papa. Aku buka tabunganku hanya ada 15.000... Karna Papa 1 jamdibayar 40.000, maka setengah jam aku harus ganti 20.000.. Duittabunganku kurang 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata dindapolos
Tomi pun terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan haru.
Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yg dia berikan selama ini, tak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
PESAN MORAL
"Bagi dunia kau hanya seseorang,
tapi bagi seseorang kau adalah DUNIA-nya"
Langganan:
Postingan (Atom)